Lanjut ke konten

Keputusan “bunuh”

Maret 20, 2009

Seperti baling-baling yang tertiup angin perlahan mulai berputar mengikuti kekuatan angin yang berdesir kian cepat dan akhernya berputar semakin kencang seakan telah kehilangan kontrol dalam porosnya dimana badai menghantam dan berusaha melumatkan apa saja,tak terbayang berapa kali perdetiknya perputaran itu terulang dan terulang..

  Timbul dan tenggelam suara-suara yang menyatakan bahwa sesuatu itu seharusnya demikian ,dan tak seharusnya demikian,saat menulis kalimat-kalimat inipun aku telah puluhan kali mengahapus namun kemudian menulisnya kembali,berusaha memperbaikinya namun kemudian menghapusnya dan berulang -ulang  menulisnya kembali,seperti seorang yang kebingunan dalam kerangkengnya ,keluar masuk ,duduk ,berdiri dan manyun dalam kegilaanya , telahku pertimbangkan kemudian aku berusaha untuk mendiamkannya namun semakin aku diamkan semakin menggoda agar aku memikirkannya kembali,kemudian aku hanya membuatnya menjadi sebuah halusinasi,dimana justru membuat keadaan semakin runyam,karena tulisanku tak lagi berwujud tulisan,tak tahu apa yang terpampang disana “Kalimat tak berarti”,dan akhernya sebuah penyesalan yang kemudian akhernya aku harus membuangnya keseluruhan…

  Aku hanya bisa memandang dan berharap akan sebuah keajaiban datang,namun semakin aku menanti ternyata aku hanya di iming-iming oleh sebuah mimpi,dimana mimpi itu semakin lama semakin  menyakiti,karena keindahannya,karena keracunan oleh keindahanya itu yang selalu membuatku melayang-layang oleh harapan yang semakin lama semakin hilang,namun aku terlalu bandel untuk mengakui bahwa impianku itu hanya bunga angan-angan yang telah aku ciptakan sendiri,seperti kabut di pagi hari kenyataan itu akan sirna saat mentari telah menyinari..

  Masih beribu kali kata tolakan dari hati ini untuk tak mengingat dan merindukannya,karena aku hanya bisa berpura-pura diatas kenyataan,aku masih sangat sering merindukanya,dan mengimpikanya.Namun setelah membuka mata dan memandang jauh disana,sebuah alam terbentang nyata dan yang ini benar-benar nyata,aku menganggapnya ini adalah bayangan,sementara angan dan impianku itu adalah nyata.Kusapa alam dia memberiku jawaban,meskipun jawaban itu tak seperti yang aku idamkan,aku tersenyum getir,dan berbalik saat aku sapa bayangan impian,dengan harapan dia akan memberi jawaban seperti yang aku dambakan,penuh dengan kemanisan dan kerinduan seperti yang aku rasakan,namun semua hanyalah kenangan,karena tak ada jawaban apapun,kecuali sikap yang mengisyaratkan …(bodo ah lo)

Kusadari jariku  telah penuh dengan kelelahan dimana setiap harinya aku harus menciptakan ratusan kata diatas lembaran tak beraturan,namun aku maseh berusaha untuk bertahan meski keluhan letih datang tanpa diminta,aku berjuang untuk tetap bertahan namun dadaku yang  mulai keletihan menahan gejolak yang membara membakar semua keinginan yang ada ,menghanguskan gumpalan-gumpalan kekuatan dan keinginan,meluluh lantak kan gelora yang sedang berkembang sungguh aku tak mampu bertahan.Perdebatan antara pro dan kontra diantara partai kasih dan partai sayang dengan partai kenyataan.Seolah prajurit perang yang membabi buta ingin menghancurkan sodara menjadi lawan,yang toh akhernya meninggalkan goresan2 pedih luka,sungguh kekecewaan yang akhernya berubah jadi sebuah jeritan kesakitan.  Partai kenyataan,mulai mengambil tempat terdepan ,memimpin perdebatan ,mereka bertikai tak ada yang mengalah dan tak ada yang menang,partai kasih memutuskan cinta adalah lebih berarti dan partai sayang ngotot dengan rasa sayangnya yang agung ,namun pernyataan partai kenyataan sungguh mengejutakan”bunuh cinta itu”…hening…

Tak ada yang kuasa melawan dengan kata-kata,hanya gumpalan-gumpalan bening yang berusaha mbalelo,betapa entengnya keputusan itu,kmana sang moderator kehidupan…?Sekian lama cinta itu bersemayam dan tumbuh hidup,meskipun itu hanya dalam impian,namun keyakinan bahwa suatu saat akan berbunga dengan indahnya dan berbuah dengan manisnya,sang waktu manggut-manggut,tak ada yang dia perlu bela mungkin dia hanya mesem-mesem dan mempersilahkan pada semua khalayak untuk melanjutkan perdebatan ,namun lagi-lagi bentakan keras dari partai kenyataan menggelegar “Bunuh cinta itu dan kubur”…(kayak pak hakim aja tuh mutus-mutusin  perkara dengan PDnya,sang jari-jari mengkritik manis).

  Dari mana aku harus memulainya,beribu pertanyaan membingungkan mencambuki hati yang sudah mulai merentak ,dengan sisa kekuatan yang ada mencoba menguatkan diri ini untuk menatap lapangan hampa dan dengan sedikit keberanian bertanya”Dengan senapan apa aku harus mengakhirinya,bagaimana aku  harus membunuhnya?”,

Aku bukan hanya mengasihi dirinya tapi aku juga menyayangi bagian darinya mereka sungguh berarti dalam hidupku, dalam setiap detik dari waktuku hanya mereka yang bisa membuatku rindu ,hentakan partai kenyataan dengan keputusanya “bunuh!!”… membuatku membuka pandanganku .Selama ini aku hanya menekuni kepengecutanku,sibuk dengan mimpi indah beracunku,yang setiap detik meracuniku dengan kemanisannya,hingga aku mabuk dan akhernya terkapar,aku tak menyesal mencintainya tapi sungguh menyesal tak bisa mewujudkannya karena kebodohanku bermain dalam perasaan.

Betapa bodohnya seorang aku yang tak bisa membedakan antara kebenaran sebuah cinta dan kemanisan sebuah permainan cinta,sungguh sulit dijabarkan dalam aritmatika hati,kecuali aku mengakui kebodohanku dengan segala konsekwensi dan skore permainanku ‘so bad”..’i`m a dreamer”..

Benarkah keputusan bunuh itu lebih baek ?Kutahu aku sangat tersiksa dengan keadaanku,dengan kepengecutanku.Dan darimana aku harus menjatuhkan diriku disaat seperti ini,mungkinkah jika aku membunuh cinta ini aku akan maseh bisa melihatnya,mendengarkan gelak tawanya?”ngarep”

Ato mungkin aku akan menuruti kata Bundhaku demi membuatnya tersenyum bahagia sebagai bukti aku adalah putri yang patuh dan mencintainya,dan hanya berusaha membuatnya bahagia?sementara membiarkan diriku ini di cengkram maklhuk laen ,dimana aku tak pernah mengenal dirinya namun aku harus menjadi miliknya,memperlakukannya seperti layaknya dia adalah “lover” ku?Mungkin dia memang begitu menyayangiku dan mengasihiku,dan mungkin dia akan menjaga tidur malamku ,menghiburku saat aku merasa letih dengan kebahagiaanku,tapi bagaimana dengan hati remukku mungkinkah dia akan tahu dan menjaga hati remuk itu untuk tidak lebih berserakan?Tak lebih aku tak pernah mengenal makhluk aneh itu..

Jika memang aku harus menjadi korban “biarlah” mungkin aku harus menjalani keputusan partai kenyataan..dan end sudah perjalanku..bad result..*nggondo`*

*desperate*

8 Komentar leave one →
  1. April 3, 2009 7:54 pm

    wow…
    Just.. wow..

  2. April 5, 2009 8:43 pm

    halaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh… -.-!

    tulisanmu baguss.. makanya aq bilang “WOW”

    bukan woo…. -.-!

    • April 6, 2009 3:36 am

      wkakakaka ga usah takut aku cuma bcanda kok,maaf …dewh sampe ngeprit gitu:D..pure joke!

  3. April 6, 2009 1:21 pm

    endel… -.-!

  4. April 22, 2009 9:37 am

    kummattt

  5. April 23, 2009 6:42 am

    lhoh kok ngerti kalo kumat,aku lhoh belum woro-woro:D

Tinggalkan komentar